Bella Chrusita

Terkadang kita perlu merubah segala keresahan menjadi suatu dinamika tulisan yang mengungkap perasaan itu sendiri.

Senin, 24 November 2014

I Do.

1 komentar

Senyum itu selalu hadir tiap aku menutup mataku. Semuanya terlalu cepat ibarat kereta yang melintas di depanku. Aku benci kehilangan. Ini adalah alasan utama mengapa aku lebih memilih untuk tidak pernah memiliki daripada harus merasakan pedihnya kehilangan. Namun, bukan berarti aku menyesal jika aku pernah memilikimu. Aku beruntung. Aku sangat beruntung sempat menjadi orang yang begitu berarti dalam hidupmu. Tapi semuanya terlalu cepat berlalu, waktu begitu sadis terhadapku, merampas kebahagiaanku saat aku berada pada puncak kebahagiaanku berada di sisimu. Aku merindukan hal-hal lampau. Kebahagiaan yang sebenarnya sangat sederhana, yang pada saat itu aku tak pernah sadari bahwa semua itu terukir manis dalam hidupku, menjadi kenangan yang terlalu indah untuk dilupakan.

Perasaanku terlalu dalam, hingga aku tak cukup kuat untuk menghapusnya. Aku terlalu sayang kamu, tak peduli jika kamu sudah tidak merasakan hal yang sama denganku, tak peduli betapa hancur hatiku saat kau perlahan menghilang dari kehidupanku, tak peduli seberapa besar pengabaian yang telah aku peroleh darimu, namun hati ini tetap mencintaimu dengan semua pecahan-pecahan yang telah dibuat olehmu sendiri, jiwa ini tetap menomorsatukan kamu, raga ini selalu ingin memelukmu dalam keheningan, mata ini selalu mengalirkan air dengan derasnya karenamu.

Aku masih cinta kamu. Selalu cinta kamu. Dan akan terus mencintaimu. Aku masih disini, menanti dirimu yang telah hilang. Sungguh penantian yang sia-sia, karena di sisi lain aku sadar, bahwa kau tak akan pernah kembali padaku.

Kau boleh datang padaku saat duniamu mengabaikanmu, sayang. Kamu boleh bersandar padaku saat kalu lelah akan hidup ini, karena aku masih disini. Mencintaimu dengan seluruh kepingan hatiku :)

Rabu, 12 November 2014

:)

1 komentar

Terkadang cinta itu terasa saat kamu belajar mengikhlaskan, menyadari bahwa cinta itu tak harus dibalas. Sakit memang. Tapi memang seperti itulah kenyataannya. Jangan pernah memaksa cinta, karena cinta tak bisa dipaksakan. Cinta yang tulus akan datang dengan sendirinya. Jangan berharap tentang cinta yang selalu indah, karena sesungguhnya cinta itu menyakitkan.

Saat kamu benar-benar cinta kepasa seseorang, bukan tentang kamu melarangnya pergi dari dirimu, bukan tentang kamu harus memilikinya seutuhnya, bukan tentang dia harus peduli padamu sama seperti kamu mempedulikannya. Namun sebaliknya, cinta yang tulus terlihat saat kamu mampu merelakannya bahagia walau tanpa dirimu, tersenyum saat kamu diabaikan olehnya, dan tak bisa berhenti peduli padanya yang telah menyakitimu berulang kali.

Jangan bilang ini hanya omong kosong yang hanya terdapat di novel atau cerita-cerita remaja. Karena beberapa orang di dunia ini pasti ada yang benar-benar tulus mencintai seseorang.

Jumat, 24 Oktober 2014

no title needed

1 komentar

he's the one who suddenly can change my mood. maybe sometimes he becomes angry with me, he doesnt talk to me, he ignored me. but i trust to him. i trust that when he said he's afraid if his emotion will break it all. sometimes he becomes quiet without any reason and when he does, i dont really understand why my mood change fastly becomes worst.
Almost everyday we fight, but it really doesnt ever change our love. maybe we tried to let go each other, but we dont know why, we just cant. sometimes his mind and his heart say a different thing. when his mind want to stay away from me, but his heart doesnt.  And so do I.
i do really love him unconditionally. and honestly my worst fear is losing him. he's really important in my eyes. i dont really know what the reason is.
WE ARE NOT LOVER ANYWAY. WE'RE BESTFRIEND. it's because i'm really afraid to lose him. im afraid if someday we'll break up then i lose all of him.
but now, i think everything has changed, we cant avoid the love. if bestfriends fall in love each other, there's no more being called "just friend"
and right now i do really miss him. really miss the way he talked to me 'till the midnight, miss the way he looked to my eyes deeply, miss the way he hug me and everything about him.

Minggu, 27 Juli 2014

Friendship or Love?

Tidak ada komentar

Kamu adalah orang yang telah lama hinggap di hatiku. Kamu adalah pribadi dimana diriku bisa merasa aman. Di dekatmu, aku mampu menemukan siapa diriku sebenarnya. Kamu. Aku. Kita. Iya ini kisah tentang kita.

Tulisan ini mungkin tak memiliki kesan yang begitu menarik. Namun ini semua kutulis menggunakan sudut pandang diriku sendiri. Diriku yang hanya seorang gadis remaja yang sedang berusaha untuk menemukan jati diriku.
Dengan hati yang tulus, jemari ini kian mengetik dengan perlahan selagi memikirkan seseorang yang hadir dan tiba-tiba berubah menjadi seorang yang begitu berarti dalam hidupku. Yang tak lain adalah: Kamu.

Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Aku menyalakan musik sambil bermain dengan gadgedku. Tiupan angin yang menusuk jiwa membuatku harus berselimut sepanjang malam ini. Sambil memikirkan tentang hidup dan semua perjalanan yang telah aku lalui, aku sadar bahwa banyak hal yang harus aku syukuri. Mulai dari hal kecil misalnya. Sampai hal-hal yang begitu luar biasa di hidupku. Aku bersyukur.

Sahabat. Kata itu sudah tidak asing lagi kan? Pernahkah kalian memiliki seorang sahabat? Mereka sangat berarti, bukan? Lalu, apakah kalian takut kehilangan sahabat kalian? Takutkah kalian apabila suatu saat seseorang yang kau anggap sahabatmu itu akan menjauhimu. Meninggalkanmu saat kamu sedang membutuhkannya. Apalagi sampai melupakanmu.
Itu merupakan mimpi buruk bagi banyak orang.
Dan pernahkah kalian memiliki sahabat lawan jenis? Jika pernah, pernahkah kalian diam-diam mencintai sahabat kalian melebihi batas sewajarnya? Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi seperti itu? Di satu sisi, kamu mencintainya. Namun di sisi lain, kamu sangat ingin terus menjadi sahabatnya.

Dilema ini memang sudah tidak jarang lagi. Menganggap seseorang begitu berarti hingga dituntut oleh keegoisanku sendiri. Iya, aku mencintaimu melebihi seorang sahabat. Aku benci perasaan ini. Karena seperti apa yang aku katakan, aku tak ingin persahabatan ini berujung kita saling menyakiti karena adanya perasaan cinta romansa macam ini.

Perasaan ini memang menyiksaku. Membunuhku secara perlahan. Menutup mata batinku hingga apa yang ada di pikiranku saat aku mulai membuka mataku di pagi hari adalah kamu.

Sejujurnya, hati ini ingin sekali dapat memilikimu. Raga ini ingin sekali dapat memelukmu, namun aku sadar, bahwa cinta memang tak harus memiliki. Memelukmu tidak hanya dapat dilakukan saat berada di dekatmu. Aku dapat memelukmu dalam doaku. Terbang dalam mimpiku, hanyut dalam anganku, bersamamu; sahabatku.

Aku memang lebih memilih untuk terus menjadi sahabatmu, daripada menjadi kekasihmu. Karena aku yakin, dengan cara itu aku akan terus dapat bersama-sama denganmu. Tanpa saling menyakiti satu sama lain, karena aku takut kehilanganmu. Aku takut apabila aku menjadi kekasihmu, itu tidak akan bertahan lama, yang ada pada akhirnya adalah kita saling membenci, saling berpura-pura untuk tidak saling mengenal, menjadi orang asing bagimu. Aku tak ingin hal itu terjadi.

Karena itu, biarlah hanya kita berdua yang mengetahui hal ini. Aku dan Kamu. Kita saling mencintai, namun tidak berani untuk melanjutkannya ke hubungan yang lebih serius karena takut kehilangan.

Biarlah aku menjadi pendengarmu yang setia, menjadi tempat curhatmu sepanjang malam, menjadi sandaranmu ketika kau lelah akan hidup ini, membantumu mencari solusi akan masalah yang kau alami, bercerita tentang hidup kita berdua lebih dalam dari biasanya. Jangan biarkan ada hal yang harus kita tutupi di antara kita. Karena kau adalah sahabatku. Akan tetap menjadi sahabatku selamanya. Tak peduli apa yang terjadi, kita akan selalu menjadi sahabat walaupun dalam hati, kita saling mencintai.

Jumat, 27 Juni 2014

Hanya untuk melihatmu bahagia.

1 komentar
Melukiskan cahaya cinta dalam kanvas persahabatan yang telah terjadi di antara kita.
Merajut kasih sayang dan membangun kebahagiaan baru yang berbeda dari sebelumnya.
Antara kita kini tak lagi sama, semenjak hal gila yang disebut cinta itu muncul dalam persahabatan kita. Lebih tepatnya, ini salahku.
Salahku yang diam-diam mencintaimu tanpa alasan.

Aku yang memendam.
Aku yang menutupi semua tentang perasaan yang timbul ini.
Perasaan yang begitu sensitif.
Sangat bahaya apabila diungkapkan.
Pada akhirnya, terungkap.


Kisah cinta yang aku alami begitu rumit. Iya, aku mencintaimu. Bahkan melebihi apapun. Tak pernah aku merasakan cinta sedalam ini. Aku ingin selalu ada untukmu. Hatiku selalu berbisik tentang dirimu. Pikiranku selalu mengarah padamu. Tapi apadaya? Semua yang aku rasakan ini begitu rumit. Kamu orang yang aku cintai sekaligus sahabatku sendiri. Sesungguhnya aku tak ingin semua rasa ini mengalir. Rasa yang menyiksa diriku sendiri. Yang membuat aku selalu terpuruk. Karena sudah jelas, cintamu bukan untukku.

Aku tak peduli ketika hatimu hanya diperuntukkan untuk dia yang lebih pantas memperolehnya. Aku tak peduli jika cintaku tak terbalaskan. Aku tak peduli seberapa dalam luka yang aku rasakan. Aku tak peduli hatiku yang semakin rapuh untuk mencintaimu. Siapa gerangan yang mengatakan cinta itu indah? Setahuku, cinta itu menyakitkan. Menyiksa diriku sendiri. Namun aku tak bisa berhenti mencintaimu. Entah mengapa, hatiku selalu menerimamu. Apapun yang terjadi padamu, aku selalu peduli. Aku ingin tahu, apa yang membuatku bertahan untuk mencintaimu meski jauh di dalam hati kecilku; Aku Terluka.

Aku rindu masa persahabatan kita. Saat hatiku belum menyimpan rasa padamu. Aku benci perasaan yang timbul pada diriku ini. Ingin ku menghapusnya, namun salahku, aku tak bisa. Perasaan ini begitu melekat. Sulit tuk dihempaskan. Apalagi dihapuskan. Terlalu peduli padamu. Terlalu mencintaimu. Melebihi perasaan seorang pada sahabat. Bodohnya aku.

Seiring berjalannya waktu, aku mengerti bahwa cinta itu memang tak harus memiliki. Mungkin ini terdengar seperti semboyan kuno yang bagi kebanyakan orang, hal ini adalah omong kosong. Namun, bagiku cinta itu memang tak harus memiliki. Bukan berarti aku merelakanmu dengan orang lain karena rasa cintaku yang tak dalam untukmu. Tapi, karena cinta inilah aku merelakanmu. Karena cinta dan kepedulianku terhadap kebahagiaanmu. Hati ini sangat bahagia melihatmu bahagia, dengan cara apapun itu. Meski gantinya adalah aku harus mengorbankan perasaanku sendiri. Walau nyatanya, aku harus terluka hanya untuk melihatmu bahagia. Oleh karena itulah aku harus mampu untuk menengadah ke langit. Menatap semua asa yang aku limpahkan kepadamu. Menggores kesepian demi kebahagiaanmu.

Orang bodoh mana yang rela melukai hatinya untuk orang lain? Sebodoh itukah aku?
Sedalam apa perasaan cinta yang aku miliki hingga aku tak peduli seberapa perihnya perasaan ini? Seperti apa cinta itu? Haruskah aku merasakan semua kepedihan ini seorang diri?
Hanya untuk melihatmu bahagia ku terkapar menahan sakit. Setiap hari. Setiap waktu. Dimanapun itu. Namun melihatmu bahagia merupakan obat bagi luka hatiku. Karena senyummu mampu mencabut duri yang menancap begitu dalam di hatiku. Tawamu mampu menghapuskan air mataku walaupun secara tidak langsung. Kebahagiaanmu mampu merubah hujan dalam hatiku menjadi pelangi yang menerangi dan membuat diriku menjadi ikut bahagia melihatmu.



Jumat, 20 Juni 2014

Loving you painfully

Tidak ada komentar

Entah sejak kapan rasa ini mulai muncul.
Namun aku terlalu takut untuk mengutarakannya.
Iya, aku cinta padamu.
Begitu sakit untuk mengatakan ini.
Karena kamu sudah bahagia dengan dirinya.

Terkapar aku di sini melihatmu.
Menentang semua rasa indah yang kalian rasakan.
Dengan hati yang tergores luka.
Hanya dalam diam ku berbisik.
Seperih inikah cinta itu?
Dengan tebasan air mata di sekujur jiwa yang memanas.
Namun hati ini, tetap mencintaimu.
Tak peduli sepedih apa luka yang aku rasakan.

Terlalu sering aku mendegakan curahan hatimu tentang dirinya.
Dan telinga ini selalu siap untuk mendengarkan.
Raga ini selalu ada setiap kamu butuh seseorang untuk berbagi cerita.
Saat tak ada yang peduli lagi padamu; Aku peduli.

Aku hanya ingin satu hal.
Berjanjilah padaku untuk tetap mencintainya sepenuh hatimu.
Jangan pedulikan aku.
Dia pantas untukmu.
Dan aku paham, rasa sayangmu untuknya begitu dalam, kan?

Namun saat dia menyakitimu, kau boleh menopangkan kepalamu di bahuku. Kapanpun.
Padaku kau boleh bercerita apapun sampai larut malam saat tak ada lagi yang bersedia mendengarkanmu.
Seperti biasa, telinga ini akan siap mendengarkan keluh kesahmu.
Aku akan selalu ada untukmu kapanpun kau membutuhkanku.

Senin, 26 Mei 2014

Kamu. Aku. Dia.

Tidak ada komentar

Indahnya hari, saat ku terbelenggu dalam bayangmu. Bermimpi kau ada di sini, menemaniku, berbagi cerita dalam hariku. Sosokmu tak luput terbuai di benakku seakan kau adalah bagian dari puzzle hidupku yang hilang. Kau menyerupai seorang yang terkulai secara nyata dalam impianku.

Apa? Impian? Bukankah sangat menyedihkan jika seseorang memiliki mimpi yang tak masuk akal? Maksudku, lihat kamu. Iya kamu. Bagaimana mungkin dalam mimpiku kau hadir sebagai kekasihku padahal dalam dunia nyata, aku tahu jelas, kau tahu jelas, semua orang juga tahu bahwa kamu sudah bahagia dengannya, bukan? Dengan dia yang memiliki paras begitu sempurna bak impian semua wanita. Dia yang sangat indah di matamu.Sedangkan aku? haha. aku cuma segelintir orang yang diam-diam selalu memperhatikanmu. Aku hanya sanggup memilikimu dalam mimpiku. Aku hanya bisa menggenggammu dalam bayangku.
Sekejam inikah kenyataan? Kenyataan bahwa kau tak mungkin dapat aku miliki seutuhnya. Karena sudah jelas, hatimu memilihnya. Kamu sangat mencintainya. Dia juga sangat mencintaimu. Lalu siapakah yang harus disalahkan dalam relasi kita bertiga? Antara kamu, aku dan dia? Aku rasa, akulah penyebabnya. Aku yang seharusnya tak memendam rasa untukmu saat kau memberi perhatian sederhana sebelum kau mulai jatuh cinta padanya. Aku yang dahulu terlalu berharap lebih padamu, yang pernah berpikir bahwa kita berdua akan bersatu untuk saling menyayangi. Seharusnya aku sadar, bahwa segala perhatian, canda, dan tawa yang pernah terjadi di antara kita dulu, bukanlah tanda bahwa kau mencintaiku sebagai kekasihmu, melainkan; sahabatmu.
Dan inilah kita sekarang. Sikapmu yang perlahan mulai berubah saat hidup herdampingan dengannya membuatku rindu akan masa lalu saat kau dan aku terbebas untuk saling bercanda tanpa mengenal waktu. Tapi saat ini, mungkin segala kenangan itu harus aku kubur dalam-dalam. Karena sudah jelas, kau miliknya. Dia milikmu. Dan aku? Mungkin hanya sebagai parasit dalam hubungan kalian berdua.

Biarkan aku pergi, menggenggam hati yang terkoyak kesakitan. Melepaskan segala kepedihan yang selama ini aku sembunyikan di hadapanmu. Aku tak sanggup lagi untuk bertingkah seakan-akan aku baik-baik saja di hadapanmu. Senyumku sendiri telah menyiksa batinku. Menjatuhkan jiwaku ke dalam lubuk kesakitan. Melukis perasaanku dengan goresan luka yang mendalam.

Sekilas Tentang Rasa

Tidak ada komentar

Kali ini aku tak ingin banyak menulis. Aku hanya akan meluangkan sedikit waktuku untuk mencurahkan isi hatiku melalui coretan sederhana di sini.

Aku memandangmu dari kejauhan sambil berharap bahwa kau tak akan menyadarinya. Dari sini, aku dapat merasakan hal itu. Hal yang timbul dan berkembang di dalam hatiku. Pikiranku terpenuhi oleh hiruk pikuk dan desisan tak beraturan yang membuat jantungku berdetak lebih cepat. Ibarat seseorang yang mendapat apa yang diingininya; Bahagia.

Tetapi aku tak paham, mengapa bahagia ini muncul begitu saja dalam benakku. Akankah bahagia ini abadi? Atau hanya hinggap sementara dan akan hilang begitu saja dalam waktu yang cepat. Sesungguhnya, aku ingin sekali mempertahankan perasaan macam ini. Tapi bodohnya aku karena tak tahu bagaimana caranya.

Mungkin coretan bodoh ini membuat kalian bingung dengan apa intisari dari sajak yang berserakan dalam blogku. Tapi percayalah, aku juga tak mengerti. Apa mungkin ini semua hanya lelucon? Mungkin.

Sabtu, 19 April 2014

Salahkah Jika Cinta Timbul Bukan Melalui Sebuah Pertemuan Nyata?

Tidak ada komentar
Senyummu. Dibalik foto itu.
Celotehanmu.

Hatiku selalu berdebar tiap aku menerima mention darimu. Kamu pengisi ruang-ruang hatiku yang hampa. Kamu mengisi dan memenuhinya dengan suatu kesan sederhana yang disebut kebahagiaan. Lebih tepatnya, kebahagiaan sejak mengenalmu.

Dari awal aku mengenalmu, aku merasa ada yang salah. Aku juga tak tahu apa hal itu. Berawal dari sebuah percakapan sederhana yang mungkin tak ada pentingnya sama sekali bagi semua orang. Dan aku di sini, tersenyum. Entah mengapa aku selalu merasakan dentuman kecil dalam hatiku tiap menatap wajahmu dari belakang layar. Di balik foto itu terdapat senyummu yang selalu mengalihkan duniaku.

Bahagia bagiku bukanlah sesuatu yang rumit. Bahagia bukan tentang bagaimana orang memandangmu, namun bahagia itu tentang bagaimana hatimu senang walaupun melalui hal-hal sederhana. Sesederhana melihat namamu muncul di timeline; apalagi di tab mention ku.
Mungkin aku tertarik padamu. Tapi entahlah. Aku masih ragu akan perasaanku ini. Perasaan yang mulai muncul sejak pada malam itu. Percakapan sederhana. Indah sekali.

Karena sesuatu yang indah bukanlah seperti apa yang kita lihat, namun ini mengenai apa yang kita rasakan. Aku merasa tenang saat aku terdiam di hadapan komputerku, menatap indahnya sinar matamu dibalik hamparan dimensi maya. Mencari tahu semua tentang dirimu melalui ketukan-ketukan kecil oleh jemariku. Aku akan mencoba agar aku mengenalmu jauh lebih dalam. Semampuku. Meski pada kenyataannya, kita tak pernah saling bertemu.

Terkadang aku lelah. Aku lelah untuk mengagumi mu dalam semu. Aku ingin sekali berjumpa denganmu. Secara nyata tentunya. Agar perasaan ini tak hanya tinggal di sini. Agar perasaan ini terungkap melalui tatapan mataku kepadamu. Agar perasaan ini mengalir begitu saja tanpa harus aku tutupi lagi.
Perasaan macam apa?
Cinta?
Haha benarkah?
Bagaimana mungkin seseorang yang hanya bertemu dan saling sapa melalui suatu jaringan semu yang disebut internet dapat jatuh cinta dengan kawannya yang ada dalam dunia semu tersebut?
Bagaimana mungkin sebuah benda dua dimensi yang disebut foto itu dapat menjadi salah satu alasan bagaimana cinta itu dapat muncul?
Bagaimana mungkin setiap karakter dalam sajak tweet seseorang dapat membuat jatuh cinta?
Entahlah.

Mungkin karena aku tipe orang plegmatik yang jarang bersosialisasi melalui sebuah pertemuan. Yang hanya terdiam dalam kamar mengurusi blog ku yang usang dan mengenal seseorang melalui berbagai macam sosial media.
Oleh sebab itu, mungkin, aku jatuh cinta padamu.

Aku ingin menyentuhmu. Aku ingin dengar suaramu. Aku ingin tahu bagaimana sifatmu dalam realita. Aku ingin berjalan di sampingmu dan tertawa bersama-sama dengamu. Aku ingin menghabiskan hariku bersama denganmu. Tidak hanya melalui sebuah percakapan sederhana dibalik dimensi maya, namun juga dalam harimu dan hariku yang sesungguhnya.

Jiwaku beterbangan mencungkil kekhawatiran sesaat. Seakan memanah waktu yang bertengger bersama lumatan dunia kiri dimensi setapak. Haruskah cinta itu timbul dari tatapan mata secara nyata?
Tapi aku percaya, cinta datang melalui berbagai cara yang unik dan tak biasa. Semuanya terjadi begitu saja secara luar biasa.

Salahkah aku yang hanya menggunakan imajinasiku untuk mengagumimu?
Aku ingin dapat menggenggam cinta darimu yang aku peroleh melalui layar kaca bercahaya yang mempertemukan aku dan kamu.
Mungkinkah?

Senin, 14 April 2014

Mungkin, Aku Terlalu Berharap Banyak

Tidak ada komentar

Mungkin, aku terlalu berharap banyak. Rasanya semua terjadi begitu cepat. Kita berkenalan. Lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi sama. Kamu hadir membawa banyak perubahan dalam hari-hariku.
Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kasong di hatiku. Tak ada lagi percakapan yang biasa. Seakan-akan semua terasa begitu ajaib dan luar biasa.
Entahlah. Perasaan ini tumbuh melebihi batas yang aku tahu. aku menjadi takut kehilanganmu.
Siksaan datang bertubi-tubi ketika tubuhmu tak ada di sampingku.

Kamu seperti mengendalikan otak dan hatiku. Ada sebab yang tak kumengerti sedikutpun. Aku sulit jauh darimu. Aku membutuhkanmu seperti aku butuh darah. Nafasku akan tercekat jika Sosokmu hilang dari pandangan mata.

Salahkah jika kamu selalu aku nomorsatukan?
Tapi entah mengapa sikapmu tak seperti sikapku.
Perhatianmu tak sedalam perhatianku.
Tatapanmu tak setajam tatapan mataku.

Adakah kesalahan di antara aku dan kamu?
Apakah kamu tak merasakan yang juga aku rasakan?
Mungkin kamu belum terlalu paham tentang perasaanku karena kamu memang tak pernah sibuk memikirkanku.
Berdosakah jika aku seringkali menjatuhkan air mata untukmu?
aku selalu kehilangan kamu dan kamu juga selalu pergi tanpa meminta ijin.
Minta ijin?
Memangnya aku siapa?
Kekasihmu?
Bodoh!
Tolol!

Hadir dalam mimpimupun aku sudah bersyukur. Apalagi bisa menjadi milikmu seutuhnya.
Mungkinkah?
Janjimu terlalu banyak hingga aku lupa menghitung yang mana saja yang belum kamu tepati.
Begitu sering kamu menyakiti tapi kumaafkan lagi berkali-kali.
Lihatlah aku yang hanya bisa terdiam dan membisu.
Pandanglah aku yang mencintaimu dengan tulus namun kau hempaskan dengan begitu bulus.
Seberapa tidak peningkah aku?
Apakah aku hanyalah persimpangan jalan yang selalu kau abaikan juga kau tinggalkan?
Apakah aku  tak berharga dimatamu?
Apakah aku hanya boneka yang selalu ikut aturanmu?
Dimana hatimu?
Siapakah orang yang telah beruntung karena  memiliki hatimu?
Mungkin semua memang salahku yang menganggap semuanya berubah sesuai keinginanku. Yang bermimpi bisa menjadikanmu lebih dari teman.
Salahkah jika perasaanku tumbuh melebihi batas kewajaran?
Aku mencintaimu tidak hanya sebagai teman. Tapi juga sebagai seseorang yang begitu bernilai dalam hidupku.
Namun semua jauh dari harapku selama ini. Mungkin aku memang terlalu banyak berharap. Dan pasti kamu tak sadar jika aku berbohong aku bisa begitu mudah melupakanmu. Menjauhlah. Aku ingin dekat-dekat dengan kesepian.

Diangkat dari soundcloud: Musikalisasi Puisi by Dwitasari


Jumat, 11 April 2014

tanda kutip, Aku "Bahagia" (:

Tidak ada komentar

Tersenyum.
Turut bahagia.
Ikut merasakan indahnya dunia.
Aku senang. Sungguh senang. Melihatmu berdua dengan dirinya (:
Dia yang jauh lebih sempurna dari diriku.
Dia pantas mendapatkanmu.
Dia pantas menerima cinta dari hatimu.
Dia pantas menjadi sumber dari kebahagiaanmu.
Dia pantas. Memang sangat pantas menjadi kekasihmu. Perempuan yang ada dibalik senyum manismu.
Dunia ini, terasa milik kalian berdua. Aku turut merasakan kebahagiaan kalian dari belakang panggung sandiwara. Aku ikut menikmati tawa dan canda kalian berdua.
Kali ini, aku tak mampu menulis banyak tentangmu. Maksudku, tentang kamu dan dia yang kini telah bersama menjalani detik demi detik kehidupan. Hidup kalian telah bahagia di luar sana. Aku ikut merasakan indahnya hidup;tanpa dirimu.
Intinya, aku bahagia (:

Rabu, 09 April 2014

Untukmu, yang telah pergi.

Tidak ada komentar
Dulu aku mengira bahwa aku tak bisa hidup tanpamu.
Aku telah berpikir diriku tidak akan bisa menjalani hariku tanpa dirimu.
Saat kau pergi dari sini, kerapuhan hatiku merasuk ke setiap tubuh dan jiwaku yang membuatku semakin merasa tak berdaya.
Kamu yang telah bahagia di luar sana. Yang sempat ku miliki dan dengan enggan ku lepas dari genggaman tanganku sendiri.

Omong kosong!

Saat ini aku menyadari betapa bodohnya diriku yang pernah beranggapan bahwa "aku tak bisa hidup tanpamu". Perlahan kesedihanku saat itu ditelan oleh sang waktu. Semakin hari, diriku diajarkan oleh sang waktu untuk menjadi gadis yang tegar. Tanpa air mata kesedihan. Senyuman yang datang dari hati. Iya, hal ini wajib ku lakukan sejak kepergianmu dahulu.
Hari kian berganti, bulan demi bulan kujalani tanpa dirimu. Dan di sinilah aku saat ini. Aku masih hidup, kan? Ternyata memang, hidupku tidak tergantung kamu. Berjalan sendiripun aku mampu. Tak ada yang menopang. Tak ada yang mengusap setiap air mata yang terjatuh. Tak ada yang enggan meninggalkanku sendirian. Tapi siapa peduli? Aku sudah dewasa. Aku sudah bisa mengurusi diriku sendiri tanpa harus diingatkan jika ingin melakukan sesuatu.
Lagipula, aku punya sahabat. Dia lebih mengerti aku daripada dirimu. Dia jauh lebih memperhatikan setiap langkah hidupku dibanding sosokmu. Selain itu, aku juga punya keluarga yang utuh. Yang selalu ada buatku. Yang selalu berjuang demi kebaikan diriku.

Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah memberiku kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang jauh lebih baik dari dirimu. Seperti kata kak dwitasari, "jika Tuhan mengambil emas darimu maka Ia akan menggantinya dengan berlian". Aku percaya itu. Jadi, tak perlu lagi mengais masa lalu. Karena ada sesuatu yang jauh lebih indah dibalik hari esok.

Senin, 31 Maret 2014

Fatamorgana Cinta dalam Realita

1 komentar
Saat aku tau cinta itu datang.
Datang menghampiri titik terlemahku.
Mengetuk hatiku dengan perlahan
Menyapaku dengan segaris senyuman.
Menyentuh hatiku dengan kasih sayang.
dan mengenalku dengan kepedulian.

Tapi apakah memang cinta itu datang?
Atau hanya pembiasan dari anganku yang semu?

 "Tak seharusnya aku seperti ini. Kesalahanku berdasarkan fatamorgana cinta dalam realita."

Aku menghempaskan nafasku secara perlahan sambil menatap indahnya bintang malam ditemani secangkir teh hangat. Kibasan angin yang membawa jiwa ini larut laun bersamanya membuat malamku terasa lebih sempurna. Alunan musik jazz yang tak kunjung berhenti sejak sore tadi menenangkan perasaanku; melupakan segala rasa gundah di hati untuk sementara, mengubahnya menjadi suatu estetika dalam sebuah dinamika.

Dalam tidur aku bermimpi tentangmu. Kau yang seharusnya tak aku impikan. Entah apa yang membawamu ke dalam dunia alam bawah sadarku. Namun jujur, aku sangat menyukainya. Aku bahkan tak ingin terbangun saat kau berperan sebagai orang yang begitu penting di dalam mimpiku. Wajahmu yang polos, dihiasi oleh segaris senyum yang menawan.

Dirimu telah lama hadir di sini. Di hatiku. Tanpa sebab kau larutkan perasaan ini dan mengaduknya bersamaan dengan suatu kelimpahan tak terhentikan yang disebut cinta. Semakin lama, semakin meluap. Perasaan ini memang tak bisa aku tutupi lagi. Aku harus mengutarakannya padamu. Aku sudah cukup bosan dengan semua ini; menjadi pengagummu dalam bisu.

Keraguan dan kegelisahan menggerutu bersamaan di dalam jiwaku. Ketakutan menghantui pikiranku sehingga membuatnya semakin tak berdaya bahkan tak mampu lagi untuk berpikir. Apa yang aku khawatirkan? Apa sensasi cinta memang mengerikan seperti ini? Lalu apa kata orang-orang tentang indahnya cinta?

Mungkin aku takut jika cintaku akan tak terbalaskan. Karena memang hal itu yang aku lihat dari matamu. Saat ku berusaha untuk mencari perhatianmu, kau seakan-akan tak peduli terhadap segala kode yang ku lontarkan di hadapan dirimu. Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan saat itu adalah terdiam dalam pengabaianmu.

Aku ikut tersenyum dalam hati ketika melihatmu tertawa lepas dari kejauhan. Kebahagiaanmu seakan-akan turut mengalir dalam jiwaku memberiku semangat yang baru untuk menjalani hariku. Membawa keindahan dunia masuk ke dalam kehidupanku. Walau di sisi lain, aku harus terluka karena senyummu hanya dapat ku genggam dalam alam bawah sadarku.


Terlalu sering memikirkanmu.
Terlalu sayang.
Terlalu mencintaimu.
Terlalu sering membayangkan dirimu ada di sini.
Cinta dalam semu. Menyakitkan. Fatamorgama cinta. Hatiku. Kamu.
Menyedihkan.

Hatiku selalu berbisik bahwa cintaku memang tak perlu menuntut balasan darimu. Namun serangan si logika yang menghantui jiwaku beranggapan bahwa dirimu harus ada dalam genggamku. Bagi si logika, feedback itu penting.

Yang mana harus aku pilih?

Terkadang aku sadar bahwa memaksakan kehendakmu untuk menjadi milikku adalah suatu perbuatan yang egois. Saat hatiku bicara, aku selalu menanggapinya dengan seksama serta menjalani segala hal yang menurut hatiku harus dilakukan. Tapi aku harus mengorbankan sesuatu yang sangat penting dalam diriku; Hatiku.

Tebasan air mata mengalir dalam kebisuan. Cintaku. Aku sendiri yang tahu. Genggaman seiris senyum semu dalam alam bawah sadarku meretakkan hati yang harusnya bahagia ketika merasakan indahnya cinta.

Cinta tanpa feedback. Sakit bukan?

Sabtu, 29 Maret 2014

Saat Seorang Plegmatik Jatuh Cinta

Tidak ada komentar
Kertas usang memenuhi meja belajarku. Pena dan pensil berserakan begitu saja ditemani oleh rautan pensil yang membuat semuanya terlihat sangat kacau. Lemari buku ku terdapat novel berserakan. Di atas kasurku terdapat sebuah gitar kesayanganku dan laptop yang selalu menjadi sahabatku.
Ya seperti inilah keseharianku.

Ada yang tau aku tipe orang seperti apa?


Aku hanya seorang gadis biasa namun tak sama dengan gadis lain. Mungkin kalimat ini membingungkan, tapi yang jelas aku memiliki suatu sisi yang 'berbeda' dengan mereka.
Ketika mereka semua (anak-anak remaja jaman sekarang) ceria menghabiskan hari-harinya dengan hangout bersama teman-teman tercintanya, hal itu tak terjadi padaku. Aku lebih suka untuk diam di kamar seharian, bermain gitar sambil mendengarkan alunan musik karya seniman-seniman favoritku. Aku lebih suka untuk menghabiskan waktuku di dalam kamar. Bersama laptop ku yang dapat membawa aku keliling dunia hanya dengan meng-klik satu kali.

Aku lebih suka mengenali seseorang jauh lebih dalam melalui komunikasi lewat sosial media. Aku bahkan hampir memahami setiap karakter atau kepribadian yang mereka miliki.

Di dunia nyata, aku lebih sering terdiam. Berbicara hanya saja ada keperluan atau kepentingan. Aku selalu menampilkan wajah 'flat' atau biasa dalam segala keadaan. Aku jarang menunjukkan rasa bahagiaku, aku jarang menunjukkan rasa kesedihanku. Yang mereka tahu, aku tidak pernah merasakannya. Mereka hanya mengenalku melalui sikap dinginku kepada orang-orang yang menunjukkan bahwa aku adalah seseorang yang tak pernah merasakan indahnya dunia.

Namun mereka semua tak tahu apa yang terjadi dalam hati ini. Karena terbiasa akan sikapku, mereka semua hampir lupa bahwa aku juga manusia yang bisa merasakan cinta, kasih sayang, kesedihan maupun kebencian.


Aku sudah tahu bahwa aku ini memiliki kepribadian jenis 'plegmatik'. Dimana plegmatik merupakan orang yang tertutup yang sangat diam, tidak menuntut kalem dan lambat. Mereka jarang mengeluarkan ide-ide atau perasaan jika mereka tidak yakin mereka tidak akan melukai atau menyakiti orang lain. Orang Plegmatik merupakan teman yang menyenangkan dan tidak menakutkan, dua dari kelemahan mereka yang utama adalah rasa takut dan egois, walaupun mereka menunjukkan sikap ini dengan sangat diplomatis sehingga bahkan beberapa teman baik mereka tidak mengenal  mereka. Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.

Sudah jelas, bukan?
Jadi mungkin kepribadianku dapat digambarkan melalui tulisan di atas.
Kalian bisa bayangkan apabila tipe orang seperi aku jatuh cinta? Apa yang paling pertama ada di pikiran kalian tentang hal ini?

Aku yakin, sebagian besar dari kalian menganggap tipe sepertiku bukanlah tipe orang 'penyayang'. Namun tidaklah kau melihat bahwa aku manusia, aku punya hati, dan aku juga berhak untuk merasakan cinta?

Salahkah aku?

Awalnya aku hanya tertarik melihat matanya, namun saat itu ku rasakan hal yang berbeda dari biasanya. Aku merasakan denyut nadiku bererak semakin cepat, titik ujung jemariku bergemetaran hingga terlontar dalam pikiranku bahwa aku-telah-jatuh-cinta-padanya. Ini sensasi pertama kali yang terjadi dalam hidupku. Selama enam belas tahun ada di dunia, aku baru merasakan ini saat bertemu dengannya. Aku paham, Dia-yang-aku-cintai itu memiliki kepribadian yang jauh berbeda dengan diriku. Dia ceria, mampu bersosialisasi dan ramah dengan semua orang. Bahkan Ia mengenali hampir seluruh warga di sekolah kami. Dia tak terlalu menarik dari segi penampilan, tak juga dalam hal berbakat. Yang aku tahu, satu-satunya kelebihan yang Ia miliki adalah sikap ramahnya dengan semua orang. Senyum yang sering terlontar dari bibirnya sangatlah indah dan membuat nafasku terhenti sejenak untuk memperhatikan gerak geriknya. Matanya mengingatkanku akan Ibuku. Semuanya tampak sempurna bukan karena dirinya diciptakan sempurna, tetapi karena cintaku yang membuatnya terlihat sempurna di mataku.  Namun ini bukanlah alasan mengapa aku mulai jatuh cinta padanya. Aku tak memiliki alasan yang jelas untuk mencintainya. Yang aku tahu, rasa ini muncul begitu saja tanpa ada alasan yang menuntut hatiku untuk memilihnya.

Sebagai seorang wanita, aku tak akan memulai lebih awal. Aku hanya perlu menunggu hal yang tidak pasti. Hal yang mungkin termasuk dalam kategori 'semu' di hidupku. Bagaimana mungkin seseorang yang dikenal begitu banyak orang, yang berperan aktif di kalangan seusianya jatuh cinta dengan diriku yang bukan siapa-siapa. Apalagi dengan adanya suatu sisi yang 'berbeda' dalam diriku karena aku adalah seorang yang jauh dari kata 'sama' dengan dirinya. Tapi aku percaya, cinta yang sempurna bukanlah karena memiliki banyak kesamaan, namun karena dapat mempersatukan segala perbedaan menjadi suatu alkulturasi yang indah secara nyata. Tapi apadaya, haruskah aku melontarkan kode-kode untuknya agar dia paham akan perasaanku? Namun aku bukanlah tipe orang yang dapat melakukan hal tersebut. Aku tak biasa bersikap peduli dengan hal-hal seperti itu.

Aku lebih suka mengangumimu dalam diam, dari kejauhan menatap matamu dengan penuh harapan yang semu. Aku yakin bahwa kau hanya dapat ku miliki di dalam mimpiku, di dalam khayalan semuku yang tak akan terwujud selamanya. Karena bagaimana mungkin seseorang dengan tipe karakter 'sanguin' sepertimu jatuh hati pada seorang 'plegmatik' sepertiku?

Kata banyak orang, tipe karakter yang berlawanan memang tak mempengaruhi suatu cinta yang timbul dalam hati seseorang. Namun mereka tak pernah tahu bagaimana kenyataannya. Mereka hanya berbicara tanpa harus menjadi pelaku dalam apa yang mereka bicarakan. Itu hal yang sangat mudah yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Lalu tidakkah kau lihat diriku sebagai pelakunya? Ini hidupku. Pengalaman cintaku yang aku alami sendiri bagaimana alur ceritanya.

Kisah hidupku tak seperti novel-novel yang menceritakan tentang sepasang kekasih yang saling berbeda latar belakang dan kepribadian lalu mempunyai kisah cinta yang begitu sempurna. Aku tak seperti itu. Aku dan dia itu berbeda. Semua ini salahku. Aku yang seharusnya tak jatuh cinta pada dirimu yang hanya berkeliaran semu dalam angan-anganku.

Kamis, 27 Februari 2014

When your bestfriend is leaving you

Tidak ada komentar
Pernah ga sih kamu nganggep seseorang itu sahabat kamu? Lalu apa yang bakal kamu lakuin saat sahabat kamu tertimpa masalah yang sangat besar?
Tidakkah kamu ikut serta merasakan keresahannya?
Ketika Ia memiliki beberapa pilihan, tetap tinggal bersamamu namun menderita atau pergi meninggalkanmu namun hidupnya menjadi tenang.
Saat itulah hatimu diuji...


Kebahagiaanmu dengannya seakan-akan telah lenyap termakan oleh waktu. Keadaan yang membuat segalanya menjadi seperti ini.
Kehilangan seorang teman yang selama ini kau anggap sahabat.
Merelakannya untuk mengikuti pilihan hatinya agar Ia dapat meredakan semua hal yang terjadi di kala Ia sedang bersama-sama denganmu.
Kenangan singkat, canda, tawa, maupun kepahitan hidup yang telah kalian lalui bersama. Membuatmu merasa tidak rela menghempaskannya begitu saja.
Dan apabila keputusannya tersebut malah menjatuhkan dirinya, akankah kamu bersedia menjadi penopang dalam kesedihannya?
Tawa yang kalian lalui akan menjadi sebuah kenangan yak terucapkan. Hati kalian sama-sama tidak tenang. Kalian seakan-akan menyembunyikan sesuatu yang sudah menjadi rahasia kalian berdua.
Tangisan dalam diam...
Yang dirasakan sahabatmu.
Keacuhan orang lain terhadapnya membuatmu semakin peduli. Kau menganggap bahwa dia mempunyai sudut pandangnya sendiri. Sudut pandang yang mungkin berbeda dari kebayakan orang. Dan saat itulah kau menyadari bahwa "Dia Berbeda".
Perbedaan inilah yang selalu membuatmu makin penasaran akan dirinya. Menggali lebih dalam ke setiap sudut pikirannya. Dan kau menemukannya. Kini kau mengenalnya jauh lebih dalam.
Ketika semua itu harus berhenti sampai di sini, apa yang kau rasakan? Saat kau sudah begitu mengenalnya namun apadaya raga tak mampu untuk membuatnya tetap bersamamu. Iya. Perpisahan itu sudah biasa. Tak pernah ada pertemuan tanpa perpisahan.

Rabu, 19 Februari 2014

Profil SMK Wira Harapan

Tidak ada komentar

SMK Wira Harapan adalah sekolah menengah kejuruan yang berada di bawah yayasan perguruan kristen harapan.
Sekolah yang terakreditasi A ini terdapat 6 macam jurusan, antara lain:
1. Jasa Boga (JB)
2. Akomodasi Perhotelan (AP)
3. Usaha Perjalanan Wisata (UPW)
4. Multimedia (MM)
5. Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)
6. Tekhnik Komputer Jaringan (TKJ)

Saya pribadi merupakan salah satu siswi SMK Wira Harapan Angkatan ke-6 (thn 2013) yang mengambil jurusan MultiMedia. Sekarang saya termasuk bagian dari kelas X MM 1

Beberapa dokumentasi gambar yang saya ambil di SMK Wira Harapan:

FOTO MOS TAHUN 2013
Beberapa OSIS SMK Wira Harapan


 SAAT MOS.....



BEBERAPA FOTO SAYA DAN TEMAN SAYA DI SMK Wira Harapan















Senin, 03 Februari 2014

In Time

Tidak ada komentar
Sudah sekian lama, entah berapa lama tepatnya aku tak lagi berkomunikasi denganmu. Ku tak mengerti apa yang telah terjadi di antara kita. Aku hanya mengikuti bagaimana waktu membawaku. Bagaimana waktu yang membuatku ada di posisiku saat ini. Dengan siapapun itu, di manapun aku berada, sesungguhnya ini semua sudah direncanakan oleh waktu. Waktu yang mengatur hidupku. Aku tak berhak untuk menentukan pilihanku sendiri. Apapun yang ku perjuangkan akan lenyap termakan oleh waktu seakan-akan waktu-lah yang mengatur setiap langkahku.




Jika saja aku dapat bertindak tanpa dibatasi oleh waktu. Aku akan memilih untuk berada di sampingmu selama yang aku mau. Tanpa ada keraguan lagi. Aku senang berada di sampingmu. Menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Detik demi detik berada di sampingmu, aku dapat melupakan semua beban yang ada di kepalaku. Seolah-olah kau adalah sumber kebahagiaanku. Kau juga dapat membuat waktu dalam hidupku menjadi jauh lebih berharga. Aku tahu ini hanya hal sepele yang tak mungkin kau pedulikan. Tapi, Ya. Benar. Aku sangat mencintaimu. Mungkin hanya ini yang dapat aku katakan saat ini, tapi pernahkah mau berfikir betapa berartinya sebuah kalimat? Bahkan yang hanya terucap dalam beberapa detik. Apalagi untuk seorang sepertiku yang tak mungkin dapat memilikimu seutuhnya. Dirimu lebih pantas untuknya, waktumu hanya untuk dirinya yang selama ini kau puja-puja dihadapanku. Aku selalu tersenyum melihatmu bahagia ketika bercerita tentangnya. Akan tetapi, tidakkah kau melihat seseorang di sini yang selalu menantikan kehadiranmu meski perasaannya tak terbalaskan?

Aku mengerti, aku hanya membuang-buang waktuku untuk memendam perasaan ini sendirian. Aku hanya ingin satu hal. Engkau bahagia, meski bersama orang lain selain aku. Senyummu sudah cukup membuatku bahagia. Sesimpel itukah kebahagiaanku. Yang terpenting adalah kau akan selalu tetap menjadi sahabatku. Aku lebih memilih untuk memendam perasaan ini daripada mengutarakannya padamu. Aku yakin bahwa ini akan berdampak buruk bagi persahabatan kita. Persahabatan yang telah memakan banyak waktu. Delapan tahun bersahabat denganmu membuatku paham akan kepribadianmu. Dan sudah tiga tahun belakangan ini, perasaanku padamu mulai berubah. Sejak saat itu pula aku merasa takut kehilanganmu. Karena aku sudah menganggapmu seorang yang sangat penting dalam hidupku.

Terkadang, aku hanya perlu menunggu dan menunggu tanpa jawaban yang pasti sambil bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apakah aku harus mengutarakannya padamu? Perasaan ini apakan penting baginya?

Sampai saat inipun aku masih berdiri di sini, menanti keajaiban mendatangiku. Walau semua perasaan yang hadir dalam diriku tergantikan oleh waktu menjadi suatu perasaan yang janggal di dalam suatu persahabatan yang sudah terjalin sejak lama. Tetapi aku mengerti bahwa kau diciptakan hanya untuk menjadi sahabat terbaikku. Bukan cinta sejatiku.

Hanya ada satu hari dimana aku menyesal ada di sampingmu. Ini seolah-olah menjadi mimpi buruk yang paling dalam. Kejadian pada hari itu membuat jantungku seperti sudah berhenti berdetak. Membuat mataku tak lagi dapat memandang. Membuat kakiku tak lagi dapat melangkah. Membuat hidungku tak lagi dapat menghirup aroma indahnya dunia. Membuat telingaku tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Ini kesalahanku, tentu.
Aku paham, ini semua sudah direncanakan oleh waktu.
Hari itu secara spontan dan diluar kesadaran akal sehatku aku mengutarakan perasaanku padamu yang sesungguhnya. Perasaan dimana aku tak lagi menganggapmu sebagai seorang sahabat, namun lebih dari itu. Seiring berjalannya waktu, perasaanku pun berubah. Ini semua disebabkan karena perasaanku yang terlalu nyaman ketika menghabiskan waktu bersama dirimu.
Dan dengan wajah kecewa, engkau meninggalkanku. Akupun terdiam dan tak dapat berkata apa-apa. Aku bodoh. Memang sangat bodoh. Inilah penyesalanku. Jika saja pada waktu itu aku tak mengatakannya padamu, pasti saat ini kita masih sering menghabiskan waktu kita bersama. Seperti selayaknya sepasang sahabat dari kecil yang salah satu di antaranya memendam perasaan yang disebut cinta.

Hingga saat ini, aku tak mengetahui di mana keberadaanmu. Orang tuamu bilang kau sudah pindah untuk meneruskan kuliahmu di luar negeri. Aku bahkan tak sempat berpamitan denganmu. Rasa bersalahku padamu saat ini semakin besar. Aku merindukanmu, merindukan kita, merindukan bagaimana kita menghabiskan detik demi detik kita dengan penuh canda dan tawa. Andai dapat kuputar waktu, mungkin memang benar, seharusnya aku tak melakukan hal bodoh ini.

Air mataku terjatuh menandakan kerinduan atas namamu. Sudah sekitar tiga tahun kita tak berkomunikasi lagi. Kita sudah lost contact. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya kehilangan orang yang benar-benar kita sayang. Bagaimana rasanya ketika waktu itu tak lagi ada. Bagaimana kau tidak menyadari betapa pentingnya  waktu saat kita berdua dulu hingga saat ini kita telah dipisahkan oleh jarak dan waktu.


Senin, 20 Januari 2014

Melepasmu tak Semudah Melepas Angin

Tidak ada komentar
Pembiasan yang terpancar dari cahaya matahari, terpantul begitu indahnya disertai dengan suara anak-anak kecil di sekelilingku. Ku lihat betapa bahagianya mereka dengan mainan-mainan itu. Tak peduli seberapa panas sinar matahari yang terpancar, mereka tetap bermain begitu riangnya. Andai aku seperti mereka, yang dapat hidup tanpa harus merasakan kepedihan dalam hati, tanpa harus mengais-ngais masa lalu yang nampaknya lebih indah dari saat ini.

Dia. Nama yang selalu ada di benakku setiap saat. Indahnya nama itu saat ku dengar. Hatiku berdenyut hingga urat nadi ku pun turut meresponnya. Dia memang yang terbaik yang kumiliki saat ini. Tak ada yang dapat menyerupainya, tak ada yang dapat menggantikannya di hatiku. Tempatnya di dalam sudah permanen milikknya. Pikiranku terpenuhi oleh bayangnya yang sungguh tak dapat aku lupakan sedetikpun. Bahagiaku adalah bahagianya. Di sampingnya adalah tempat terbaik yang pernah aku temui di dunia; tempat ternyaman, tempat paling tenang untuk bersandar dan berbagi cerita sepanjang hari. Bercerita tentang indahnya hari kita berdua, bercerita tentang bahagianya aku berada di dekatnya. Setiap berada di sisinya, waktu berjalan begitu cepat. Hingga sang surya digantikan oleh rembulan, aku tetap ingin bersama-sama denganmu. Menghabiskan seluruh sisa hidupku bersamamu. Karena kamu adalah bahagiaku.

Hari demi hari kian berganti. Rasa sayangku padanya tetap seperti dulu. Aku tetap mencintainya sama kalanya ketika kita berdua pertama kali bertemu. Rasa ini memang tak mudah pudar. Tetapi bagaimana dengannya? Aku tak tahu apakah Dia masih mencintaiku sama seperti ketika awal perjumpaan kita? Apakah aku masih satu-satunya gadis yang ada di hatinya? Apakah dia masih memeiliki perasaan yang sama denganku? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepalaku. Lalu bagaimana dengan sifatnya belakangan ini? Akankah ini pertanda bahwa Ia sudah mulai bosan denganku? Mengapa harus ada kata "bosan" dalam suatu hubungan? Tentu saja ini tak berlaku pada diriku sendiri. Tetapi aku paham bahwa setiap orang pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Jika aku tak cepat bosan, belum tentu kau juga memiliki sifat yang sama denganku. Atau mungkin saja Dia sudah melupakanku dan kenangan-kenangan yang dilalui bersamaku karena ada seseorang yang hadir dalam hidupnya yang membuatnya lebih bahagia daripada aku.

Saat aku dan dia berada di sebuah tempat di mana aku dan dia selalu mengahbisakn waktu kami di sini. Ku genggam kedua tangannya dan bertanya padanya dengan nada yang lembut, "Apa kau masih seperti Tony yang dulu?". Lalu Ia diam sejenak meresapi pertanyaan sederhana namun penuh arti yang terlontar dari mulutku. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Dia terdiam, tak bisa berkata-kata. Kami berdua berada dalam hubungan yang tidak jelas. Dia berbalik ke belakang lalu pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sedikit katapun. Sudah jelas, pikirku. Sudah jelas bahwa dia tak memiliki perasaan yang sama denganku lagi. Aku tunduk terdiam dengan air mata yang perlahan turun dan membasahi wajahku. Dengan keadaan seperti ini, tiba-tiba Dia kembali menghampiriku. Duduk di sebelahku sambil merangkulku. "Untuk apa kau kembali lagi kesini?", gumamku sambil membersihkan wajahku dari air mata yang berlinang. "Aku tak tega melihatmu seperti ini, Cessy", jawabnya dengan nada yang tak kupahami maksudnya. "Kau harus kembali pulang, sebelum gelap", lanjutnya lagi. Aku tak mengerti mengapa dirinya berubah drastis seperti ini. Yang kutahu belakangan ini dia tak pernah memperdulikanku.
Setelah dia mengantarku pulang, dia memberikanku surat bertuliskan sesuatu yang takkan pernah aku lupakan seumur hidupku;

"Cessy Sayang, 
Terimakasih sudah menjadi yang terbaik untukku selama ini. Kau adalah wanita terhebat yang penah aku temui setelah ibuku. Kau sangat sempurna untukku, mencintaimu adalah yang terindah yang pernah aku alami dalam hidupku. Berada di sampingmu adalah saat terbaik dalam hidupku. Namun semua ini harus berlalu. Aku sengaja menjauhkanmu belakangan ini. Aku berpura-pura untuk tidak mencintaimu lagi. Padahal, asal kau tahu, cintaku padamu melebihi apapun. Kau tahu Cessy, kita takkan pernah bisa bersatu. Ada sesuatu di tengah-tengah kita yang sudah tak menjadi rahasia bagi kita lagi. Kita berbeda, Cess. Tentu saja berbeda. Aku mengenakan tasbih di tanganku. Dan kau mengenakan salib sebagai kalungmu. Akankah perbedaan kita dapat bersatu? Aku rasa tidak. Maafkan aku karena telah meninggalkanmu. Aku percaya bahwa kau pasti akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik dariku. Terimakasih untuk waktu-waktu indah yang begitu berharga, Aku mencintaimu.
Dari seseorang yang terjebak dalam cinta terlarang; Tony"

Aku menangis tertitih setelah membaca surat darinya. Jadi ini akhir dari hubungan kami berdua. Hanya karena sebuah perbedaan yang tak mungkin dapat bersatu. Kami sama-sama mencintai, namun terhalang oleh perbedaan. Aku sangat sulit untuk mempercayai ini. Dia telah pergi meninggalkanku, meninggalkan aku dalam kesendirian. Ditemani oleh kenangan-kenangan manis dari dirinya. Sejenak suaranya terlintas di pikiranku. Aku sangat merindukannya. Lebih tepatnya lagi merindukan berbagi kasih sayang dengannya. Dengan berakhirnya semua ini aku memutuskan untuk melepas genggamnya dalam benakku, merelakannya pergi, melepasnya dari pelukkanku walau dalam hati aku berbisik; melepasmu tak semudah melepas angin.

Sabtu, 11 Januari 2014

Pantaskah?

Tidak ada komentar

Ketika fajar dimana aku mulai membuka mataku, tak ku pahami mengapa otakku selalu tertuju padamu. Entah apa yang terjadi pada diriku.
Saat murid-murid berdatangan, hingga pelajaran selesai, tetap saja kau selalu hadir dalam fikiranku.
Siang hari, saat aku bermain bersama teman-temanku. Dalam hari yang penuh canda, tawa maupun keperihan dalam benak ini, kau tak luput hilang dalam bayangku.
Ketika sang fajar telah digantikan oleh senja, wajahmu, tawamu, suaramu tetap hinggap di hatiku.
Hingga pada akhirnya, sebelum aku memejamkan mataku. Hanya engkau yang hadir di sini. Di hati maupun fikiranku. Seharian. Setiap hari.
Dalam tidurku pun aku tetap memikirkanmu, terbukti dari mimpiku tiap malam yang selalu menghadirkan dirimu. Kamu. Seseorang yang bahkan tak menganggapku ada.
Pantaskah aku menghadirkanmu di setiap jejak langkahku? Aku sangat suka menulis tentang dirimu. Tapi bodohnya diriku tetap mengharapkanmu saat aku mengetahui bahwa kau tidak mengingini aku hadir dalam hidupmu.

Sakit. Speachless. Mendengarmu berbicara tentangnya. Aku hanya bisa tersenyum. Dan kau sama sekali tidak mengerti apa maksud dari senyumku ini.  Kau tak mengetahui apa yang terjadi dalam hatiku saat kau mengabaikanku. Ketika aku hanya bisa terdiam dan membisu menyaksikanmu bahagia dengan orang lain yang lebih pantas mencintaimu.
Semua ini tak luput dari perasaan yang telah ku pendam sejak lama. Iya aku mengakui bahwa aku mencintaimu. Mencintaimu dalam diam lebih tepatnya.
Aku menyadari bahwa aku memang tak pantas untuk mencintaimu, apalagi memilikimu. Dengan segala kekurangan yang aku miliki, aku sangat menyadari bahwa kau tak mungkin memiliki hal yang sama denganku.
Perasaan ini biar ku pendam selalu. Dengan kepedihan ini, aku mampu untuk belajar untuk menjadi lebih tegar dari sebelumnya.
Biar rasa ini lenyap termakan waktu, biar rasa ini hilang dengan sendirinya.
Kau tak perlu mengetahui tentang perasaanku yang bahkan tak penting dan tak berarti dalam hidupmu.
Abaikan semua tulisan ini sama seperti kau mengabaikanku.

Selasa, 07 Januari 2014

Terkadang aku hanya ingin memastikan bahwa kau telah hidup bahagia, tanpaku.

Tidak ada komentar

Tengah malam saat aku tak mampu memejamkan kedua mataku, aku mengambil handphone dan earphoneku. Lalu ku mulai mendengarkan musik sebagai temanku disaat aku sedang kesepian di tengah malam seperti itu.
Lagu demi lagu kian berganti, tak sengaja lagu ini terputar kembali. Lagu apa? Ya, lagu kenangan kita berdua.
Saat mendengarkan alunan musik ini, otakku langsung tertuju padamu. Lirik demi lirik ku hayati sehingga membuatku tersenyum sambil mengingat hal lampau yang telah terjadi di antara kita. Manis sekali kenangan itu. Aku bahkan tak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata. Karena cerita ini hanya kita berdua yang mengetahuinya, cerita cinta kita; aku dan kamu di masalalu.
Kerinduan seperti ini sering terjadi, bahkan terkadang aku mencoba untuk melihat profilmu hanya untuk sekedar mengetahui kabarmu, hanya untuk memastikan bahwa kau telah bahagia dengan kehidupan barumu. Tanpaku.
Tak ada lagi luka, tak ada lagi kekecewaan. Percayalah padaku bahwa aku telah memaafkanmu dari awal. Tak perlu mengais masalalu. Karena kini kita telah kembali ke jalan kita masing-masing. Tak lagi bergandeng tangan, tak lagi saling menopang.
Biarlah kenangan tetap dikenang. Kerinduan pasti ada, namun tak ada yang perlu diharapkan lagi. Kau sudah bahagia diluar sana tanpaku demikian pula aku yang (mencoba untuk) bahagia tanpamu. Tapi percayalah, aku sudah terbiasa tanpamu.
Hanya saja aku (belum bisa) melupakanmu sepenuhnya.
Detik demi detik saat ku bersamamu, setiap kenangan indah yang kita lalui bersama pada saat itu telah menjamur di otakku. Butuh waktu untuk melenyapkan ini semua.
Walaupun begitu, aku senang melihatmu bahagia.
Untuk seseorang yang pernah hadir dalam hidupku; Kak Pungky.

Rabu, 01 Januari 2014

Nadya Fatira-Bintang yang Meredup (OST Radio Galau FM)

Tidak ada komentar

Kita yang mencari
Dan pahami isi hati
Lelah di tengah jalannya
Dan hentikan cerita

Kaulah bintangku yang meredup
Perlahan terambil cahayanya
Kaulah bintangku yang meredup
Perlahan tak lagi terangi
malamku

Tak ada manusia sempurna
Dapatkah kau terima
Dan engkau kan terus mencari
Pengisi kosong hati

Kaulah bintangku (bintangku)
yang meredup
Perlahan (perlahan) terambil
cahayanya
Kaulah bintangku (bintangku)
yang meredup
Perlahan (perlahan) tak lagi
terangi malamku

Kaulah bintangku (bintangku)
yang meredup
Perlahan (perlahan) terambil
cahayanya
Kaulah bintangku (bintangku)
yang meredup
Perlahan tak lagi terangi
malamku