Bella Chrusita

Terkadang kita perlu merubah segala keresahan menjadi suatu dinamika tulisan yang mengungkap perasaan itu sendiri.

Senin, 31 Maret 2014

Fatamorgana Cinta dalam Realita

1 komentar
Saat aku tau cinta itu datang.
Datang menghampiri titik terlemahku.
Mengetuk hatiku dengan perlahan
Menyapaku dengan segaris senyuman.
Menyentuh hatiku dengan kasih sayang.
dan mengenalku dengan kepedulian.

Tapi apakah memang cinta itu datang?
Atau hanya pembiasan dari anganku yang semu?

 "Tak seharusnya aku seperti ini. Kesalahanku berdasarkan fatamorgana cinta dalam realita."

Aku menghempaskan nafasku secara perlahan sambil menatap indahnya bintang malam ditemani secangkir teh hangat. Kibasan angin yang membawa jiwa ini larut laun bersamanya membuat malamku terasa lebih sempurna. Alunan musik jazz yang tak kunjung berhenti sejak sore tadi menenangkan perasaanku; melupakan segala rasa gundah di hati untuk sementara, mengubahnya menjadi suatu estetika dalam sebuah dinamika.

Dalam tidur aku bermimpi tentangmu. Kau yang seharusnya tak aku impikan. Entah apa yang membawamu ke dalam dunia alam bawah sadarku. Namun jujur, aku sangat menyukainya. Aku bahkan tak ingin terbangun saat kau berperan sebagai orang yang begitu penting di dalam mimpiku. Wajahmu yang polos, dihiasi oleh segaris senyum yang menawan.

Dirimu telah lama hadir di sini. Di hatiku. Tanpa sebab kau larutkan perasaan ini dan mengaduknya bersamaan dengan suatu kelimpahan tak terhentikan yang disebut cinta. Semakin lama, semakin meluap. Perasaan ini memang tak bisa aku tutupi lagi. Aku harus mengutarakannya padamu. Aku sudah cukup bosan dengan semua ini; menjadi pengagummu dalam bisu.

Keraguan dan kegelisahan menggerutu bersamaan di dalam jiwaku. Ketakutan menghantui pikiranku sehingga membuatnya semakin tak berdaya bahkan tak mampu lagi untuk berpikir. Apa yang aku khawatirkan? Apa sensasi cinta memang mengerikan seperti ini? Lalu apa kata orang-orang tentang indahnya cinta?

Mungkin aku takut jika cintaku akan tak terbalaskan. Karena memang hal itu yang aku lihat dari matamu. Saat ku berusaha untuk mencari perhatianmu, kau seakan-akan tak peduli terhadap segala kode yang ku lontarkan di hadapan dirimu. Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan saat itu adalah terdiam dalam pengabaianmu.

Aku ikut tersenyum dalam hati ketika melihatmu tertawa lepas dari kejauhan. Kebahagiaanmu seakan-akan turut mengalir dalam jiwaku memberiku semangat yang baru untuk menjalani hariku. Membawa keindahan dunia masuk ke dalam kehidupanku. Walau di sisi lain, aku harus terluka karena senyummu hanya dapat ku genggam dalam alam bawah sadarku.


Terlalu sering memikirkanmu.
Terlalu sayang.
Terlalu mencintaimu.
Terlalu sering membayangkan dirimu ada di sini.
Cinta dalam semu. Menyakitkan. Fatamorgama cinta. Hatiku. Kamu.
Menyedihkan.

Hatiku selalu berbisik bahwa cintaku memang tak perlu menuntut balasan darimu. Namun serangan si logika yang menghantui jiwaku beranggapan bahwa dirimu harus ada dalam genggamku. Bagi si logika, feedback itu penting.

Yang mana harus aku pilih?

Terkadang aku sadar bahwa memaksakan kehendakmu untuk menjadi milikku adalah suatu perbuatan yang egois. Saat hatiku bicara, aku selalu menanggapinya dengan seksama serta menjalani segala hal yang menurut hatiku harus dilakukan. Tapi aku harus mengorbankan sesuatu yang sangat penting dalam diriku; Hatiku.

Tebasan air mata mengalir dalam kebisuan. Cintaku. Aku sendiri yang tahu. Genggaman seiris senyum semu dalam alam bawah sadarku meretakkan hati yang harusnya bahagia ketika merasakan indahnya cinta.

Cinta tanpa feedback. Sakit bukan?

Sabtu, 29 Maret 2014

Saat Seorang Plegmatik Jatuh Cinta

Tidak ada komentar
Kertas usang memenuhi meja belajarku. Pena dan pensil berserakan begitu saja ditemani oleh rautan pensil yang membuat semuanya terlihat sangat kacau. Lemari buku ku terdapat novel berserakan. Di atas kasurku terdapat sebuah gitar kesayanganku dan laptop yang selalu menjadi sahabatku.
Ya seperti inilah keseharianku.

Ada yang tau aku tipe orang seperti apa?


Aku hanya seorang gadis biasa namun tak sama dengan gadis lain. Mungkin kalimat ini membingungkan, tapi yang jelas aku memiliki suatu sisi yang 'berbeda' dengan mereka.
Ketika mereka semua (anak-anak remaja jaman sekarang) ceria menghabiskan hari-harinya dengan hangout bersama teman-teman tercintanya, hal itu tak terjadi padaku. Aku lebih suka untuk diam di kamar seharian, bermain gitar sambil mendengarkan alunan musik karya seniman-seniman favoritku. Aku lebih suka untuk menghabiskan waktuku di dalam kamar. Bersama laptop ku yang dapat membawa aku keliling dunia hanya dengan meng-klik satu kali.

Aku lebih suka mengenali seseorang jauh lebih dalam melalui komunikasi lewat sosial media. Aku bahkan hampir memahami setiap karakter atau kepribadian yang mereka miliki.

Di dunia nyata, aku lebih sering terdiam. Berbicara hanya saja ada keperluan atau kepentingan. Aku selalu menampilkan wajah 'flat' atau biasa dalam segala keadaan. Aku jarang menunjukkan rasa bahagiaku, aku jarang menunjukkan rasa kesedihanku. Yang mereka tahu, aku tidak pernah merasakannya. Mereka hanya mengenalku melalui sikap dinginku kepada orang-orang yang menunjukkan bahwa aku adalah seseorang yang tak pernah merasakan indahnya dunia.

Namun mereka semua tak tahu apa yang terjadi dalam hati ini. Karena terbiasa akan sikapku, mereka semua hampir lupa bahwa aku juga manusia yang bisa merasakan cinta, kasih sayang, kesedihan maupun kebencian.


Aku sudah tahu bahwa aku ini memiliki kepribadian jenis 'plegmatik'. Dimana plegmatik merupakan orang yang tertutup yang sangat diam, tidak menuntut kalem dan lambat. Mereka jarang mengeluarkan ide-ide atau perasaan jika mereka tidak yakin mereka tidak akan melukai atau menyakiti orang lain. Orang Plegmatik merupakan teman yang menyenangkan dan tidak menakutkan, dua dari kelemahan mereka yang utama adalah rasa takut dan egois, walaupun mereka menunjukkan sikap ini dengan sangat diplomatis sehingga bahkan beberapa teman baik mereka tidak mengenal  mereka. Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.

Sudah jelas, bukan?
Jadi mungkin kepribadianku dapat digambarkan melalui tulisan di atas.
Kalian bisa bayangkan apabila tipe orang seperi aku jatuh cinta? Apa yang paling pertama ada di pikiran kalian tentang hal ini?

Aku yakin, sebagian besar dari kalian menganggap tipe sepertiku bukanlah tipe orang 'penyayang'. Namun tidaklah kau melihat bahwa aku manusia, aku punya hati, dan aku juga berhak untuk merasakan cinta?

Salahkah aku?

Awalnya aku hanya tertarik melihat matanya, namun saat itu ku rasakan hal yang berbeda dari biasanya. Aku merasakan denyut nadiku bererak semakin cepat, titik ujung jemariku bergemetaran hingga terlontar dalam pikiranku bahwa aku-telah-jatuh-cinta-padanya. Ini sensasi pertama kali yang terjadi dalam hidupku. Selama enam belas tahun ada di dunia, aku baru merasakan ini saat bertemu dengannya. Aku paham, Dia-yang-aku-cintai itu memiliki kepribadian yang jauh berbeda dengan diriku. Dia ceria, mampu bersosialisasi dan ramah dengan semua orang. Bahkan Ia mengenali hampir seluruh warga di sekolah kami. Dia tak terlalu menarik dari segi penampilan, tak juga dalam hal berbakat. Yang aku tahu, satu-satunya kelebihan yang Ia miliki adalah sikap ramahnya dengan semua orang. Senyum yang sering terlontar dari bibirnya sangatlah indah dan membuat nafasku terhenti sejenak untuk memperhatikan gerak geriknya. Matanya mengingatkanku akan Ibuku. Semuanya tampak sempurna bukan karena dirinya diciptakan sempurna, tetapi karena cintaku yang membuatnya terlihat sempurna di mataku.  Namun ini bukanlah alasan mengapa aku mulai jatuh cinta padanya. Aku tak memiliki alasan yang jelas untuk mencintainya. Yang aku tahu, rasa ini muncul begitu saja tanpa ada alasan yang menuntut hatiku untuk memilihnya.

Sebagai seorang wanita, aku tak akan memulai lebih awal. Aku hanya perlu menunggu hal yang tidak pasti. Hal yang mungkin termasuk dalam kategori 'semu' di hidupku. Bagaimana mungkin seseorang yang dikenal begitu banyak orang, yang berperan aktif di kalangan seusianya jatuh cinta dengan diriku yang bukan siapa-siapa. Apalagi dengan adanya suatu sisi yang 'berbeda' dalam diriku karena aku adalah seorang yang jauh dari kata 'sama' dengan dirinya. Tapi aku percaya, cinta yang sempurna bukanlah karena memiliki banyak kesamaan, namun karena dapat mempersatukan segala perbedaan menjadi suatu alkulturasi yang indah secara nyata. Tapi apadaya, haruskah aku melontarkan kode-kode untuknya agar dia paham akan perasaanku? Namun aku bukanlah tipe orang yang dapat melakukan hal tersebut. Aku tak biasa bersikap peduli dengan hal-hal seperti itu.

Aku lebih suka mengangumimu dalam diam, dari kejauhan menatap matamu dengan penuh harapan yang semu. Aku yakin bahwa kau hanya dapat ku miliki di dalam mimpiku, di dalam khayalan semuku yang tak akan terwujud selamanya. Karena bagaimana mungkin seseorang dengan tipe karakter 'sanguin' sepertimu jatuh hati pada seorang 'plegmatik' sepertiku?

Kata banyak orang, tipe karakter yang berlawanan memang tak mempengaruhi suatu cinta yang timbul dalam hati seseorang. Namun mereka tak pernah tahu bagaimana kenyataannya. Mereka hanya berbicara tanpa harus menjadi pelaku dalam apa yang mereka bicarakan. Itu hal yang sangat mudah yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Lalu tidakkah kau lihat diriku sebagai pelakunya? Ini hidupku. Pengalaman cintaku yang aku alami sendiri bagaimana alur ceritanya.

Kisah hidupku tak seperti novel-novel yang menceritakan tentang sepasang kekasih yang saling berbeda latar belakang dan kepribadian lalu mempunyai kisah cinta yang begitu sempurna. Aku tak seperti itu. Aku dan dia itu berbeda. Semua ini salahku. Aku yang seharusnya tak jatuh cinta pada dirimu yang hanya berkeliaran semu dalam angan-anganku.