Bella Chrusita

Terkadang kita perlu merubah segala keresahan menjadi suatu dinamika tulisan yang mengungkap perasaan itu sendiri.

Minggu, 27 Juli 2014

Friendship or Love?

Tidak ada komentar

Kamu adalah orang yang telah lama hinggap di hatiku. Kamu adalah pribadi dimana diriku bisa merasa aman. Di dekatmu, aku mampu menemukan siapa diriku sebenarnya. Kamu. Aku. Kita. Iya ini kisah tentang kita.

Tulisan ini mungkin tak memiliki kesan yang begitu menarik. Namun ini semua kutulis menggunakan sudut pandang diriku sendiri. Diriku yang hanya seorang gadis remaja yang sedang berusaha untuk menemukan jati diriku.
Dengan hati yang tulus, jemari ini kian mengetik dengan perlahan selagi memikirkan seseorang yang hadir dan tiba-tiba berubah menjadi seorang yang begitu berarti dalam hidupku. Yang tak lain adalah: Kamu.

Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Aku menyalakan musik sambil bermain dengan gadgedku. Tiupan angin yang menusuk jiwa membuatku harus berselimut sepanjang malam ini. Sambil memikirkan tentang hidup dan semua perjalanan yang telah aku lalui, aku sadar bahwa banyak hal yang harus aku syukuri. Mulai dari hal kecil misalnya. Sampai hal-hal yang begitu luar biasa di hidupku. Aku bersyukur.

Sahabat. Kata itu sudah tidak asing lagi kan? Pernahkah kalian memiliki seorang sahabat? Mereka sangat berarti, bukan? Lalu, apakah kalian takut kehilangan sahabat kalian? Takutkah kalian apabila suatu saat seseorang yang kau anggap sahabatmu itu akan menjauhimu. Meninggalkanmu saat kamu sedang membutuhkannya. Apalagi sampai melupakanmu.
Itu merupakan mimpi buruk bagi banyak orang.
Dan pernahkah kalian memiliki sahabat lawan jenis? Jika pernah, pernahkah kalian diam-diam mencintai sahabat kalian melebihi batas sewajarnya? Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi seperti itu? Di satu sisi, kamu mencintainya. Namun di sisi lain, kamu sangat ingin terus menjadi sahabatnya.

Dilema ini memang sudah tidak jarang lagi. Menganggap seseorang begitu berarti hingga dituntut oleh keegoisanku sendiri. Iya, aku mencintaimu melebihi seorang sahabat. Aku benci perasaan ini. Karena seperti apa yang aku katakan, aku tak ingin persahabatan ini berujung kita saling menyakiti karena adanya perasaan cinta romansa macam ini.

Perasaan ini memang menyiksaku. Membunuhku secara perlahan. Menutup mata batinku hingga apa yang ada di pikiranku saat aku mulai membuka mataku di pagi hari adalah kamu.

Sejujurnya, hati ini ingin sekali dapat memilikimu. Raga ini ingin sekali dapat memelukmu, namun aku sadar, bahwa cinta memang tak harus memiliki. Memelukmu tidak hanya dapat dilakukan saat berada di dekatmu. Aku dapat memelukmu dalam doaku. Terbang dalam mimpiku, hanyut dalam anganku, bersamamu; sahabatku.

Aku memang lebih memilih untuk terus menjadi sahabatmu, daripada menjadi kekasihmu. Karena aku yakin, dengan cara itu aku akan terus dapat bersama-sama denganmu. Tanpa saling menyakiti satu sama lain, karena aku takut kehilanganmu. Aku takut apabila aku menjadi kekasihmu, itu tidak akan bertahan lama, yang ada pada akhirnya adalah kita saling membenci, saling berpura-pura untuk tidak saling mengenal, menjadi orang asing bagimu. Aku tak ingin hal itu terjadi.

Karena itu, biarlah hanya kita berdua yang mengetahui hal ini. Aku dan Kamu. Kita saling mencintai, namun tidak berani untuk melanjutkannya ke hubungan yang lebih serius karena takut kehilangan.

Biarlah aku menjadi pendengarmu yang setia, menjadi tempat curhatmu sepanjang malam, menjadi sandaranmu ketika kau lelah akan hidup ini, membantumu mencari solusi akan masalah yang kau alami, bercerita tentang hidup kita berdua lebih dalam dari biasanya. Jangan biarkan ada hal yang harus kita tutupi di antara kita. Karena kau adalah sahabatku. Akan tetap menjadi sahabatku selamanya. Tak peduli apa yang terjadi, kita akan selalu menjadi sahabat walaupun dalam hati, kita saling mencintai.