Terkadang kita perlu merubah segala keresahan menjadi suatu dinamika tulisan yang mengungkap perasaan itu sendiri.

Senin, 24 November 2014

I Do.

1 komentar

Senyum itu selalu hadir tiap aku menutup mataku. Semuanya terlalu cepat ibarat kereta yang melintas di depanku. Aku benci kehilangan. Ini adalah alasan utama mengapa aku lebih memilih untuk tidak pernah memiliki daripada harus merasakan pedihnya kehilangan. Namun, bukan berarti aku menyesal jika aku pernah memilikimu. Aku beruntung. Aku sangat beruntung sempat menjadi orang yang begitu berarti dalam hidupmu. Tapi semuanya terlalu cepat berlalu, waktu begitu sadis terhadapku, merampas kebahagiaanku saat aku berada pada puncak kebahagiaanku berada di sisimu. Aku merindukan hal-hal lampau. Kebahagiaan yang sebenarnya sangat sederhana, yang pada saat itu aku tak pernah sadari bahwa semua itu terukir manis dalam hidupku, menjadi kenangan yang terlalu indah untuk dilupakan.

Perasaanku terlalu dalam, hingga aku tak cukup kuat untuk menghapusnya. Aku terlalu sayang kamu, tak peduli jika kamu sudah tidak merasakan hal yang sama denganku, tak peduli betapa hancur hatiku saat kau perlahan menghilang dari kehidupanku, tak peduli seberapa besar pengabaian yang telah aku peroleh darimu, namun hati ini tetap mencintaimu dengan semua pecahan-pecahan yang telah dibuat olehmu sendiri, jiwa ini tetap menomorsatukan kamu, raga ini selalu ingin memelukmu dalam keheningan, mata ini selalu mengalirkan air dengan derasnya karenamu.

Aku masih cinta kamu. Selalu cinta kamu. Dan akan terus mencintaimu. Aku masih disini, menanti dirimu yang telah hilang. Sungguh penantian yang sia-sia, karena di sisi lain aku sadar, bahwa kau tak akan pernah kembali padaku.

Kau boleh datang padaku saat duniamu mengabaikanmu, sayang. Kamu boleh bersandar padaku saat kalu lelah akan hidup ini, karena aku masih disini. Mencintaimu dengan seluruh kepingan hatiku :)

1 komentar :