Sungguh hari yang sangat menyenangkan. Hari awal jadian. Tentu! Inilah masa jaya kita.
Senyum menghiasi hariku saat itu. Bahagia tanpa henti. Iya, aku mengerti inilah cinta.
Canda tawamu membuat hariku lebih cerah, membuatku lebih bergairah untuk menjalani hari-hariku. Kamu yang selalu membuatku merasa tenang dan nyaman ketika berada di sisimu. Kamu selalu ada saat dunia mengabaikanku, saat tak ada yang menghargaiku, saat tak ada yang peduli padaku. Kamu, orang yang menghapus air mataku ketika tangis menyelimuti hariku, yang selalu memelukku dengan penuh kasih sayang ketika aku membutuhkanmu, yang mengerti akan hatiku ketika tak ada satupun yang mengerti. Iya kamu! Aku suka cara kamu memperlakukanku. Kamu bagaikan pangeran untukku. Tak ada lagi pria yang membuatku merasa senyaman ini. Itu hanya kamu. Kamu yang sederhana, tak seperti pria lainnya yang hanya bisa memamerkan harta orang tuanya, yang hanya memperlihatkan ketampanannya. Kau berbeda dengan mereka. Aku sangat menyayangimu dengan hati yang tulus. Kamu membuatku merasa bahwa aku ini istimewa.
Namun semua itu berubah seiring berjalannya waktu. Kau tidak seperti biasanya. Di mana candamu itu? Yang selalu membuatku menjadi tersenyum sepanjang hariku dahulu? Kemana segala perhatianmu yang hampir melampaui batas dan over protective padaku dulu? Kemana senyuman manismu dengan tanganmu pada pipiku yang basah berlumuran air mata saat kau berusaha untuk menghiburku? Kemana semua itu? Aku rindu kamu. Rindu kamu yang dulu. Yang buat aku bahagia tiap saat. Apakah kamu yang dulu sudah hilang untuk selama-lamanya? Haruskah aku menerima kenyataan bahwa kau saat ini sudah berubah dan tak lagi peduli padaku? Apa salahku sehingga kau seperti ini?
Sejak ini terjadi, tak ada lagi yang bersedia untuk menopangku ketika ku bersedih. Kamu yang dulu telah pergi dan sudah digantikan oleh kamu yang sekarang. Sungguh aku ingin lari dari kenyataan! Aku ingin pergi ke mimpiku atau kembali ke masa lalu kita. Hanya aku dan Tuhan yang tahu bagaimana perasaanku yang sebenarnya.
Sebuah foto kita yang menggambarkan kebahagiaan kita di masa lalu. Sungguh bibirku tak dapat berkata-kata. Sambil mengalir air mata ini dan tak ada lagi yang mampu mengusapnya selain diriku sendiri. Hingga jatuhlah setetes air mataku pada foto kita tersebut. Tepat di gambar wajahku.
Ketika ku usap, foto itu menjadi pudar. Dengan cepat aku langsung mengambil sebuah sarung tangan kecil pemberianmu itu untuk mengusap foto kita yang teraliri air mataku.
Sarung tangan kecil pemberianmu itu masih ku simpan, dengan gambar hati di tengahnya membuatku tersenyum kagum akan masa lalu kita. Bau khas badanmu masih menempel erat pada sarung tangan itu. Aku memeluk sarung tangan itu dengan erat. Sungguh malangnya aku.
Rindu ini sudah semakin dalam dan aku tak mampu untuk menahannya lagi. Aku ingin menemuimu! Tapi di mana kamu saat ini? Apa kabarmu? Tanyaku dalam hati sambil berharap kau baik-baik saja dan menemukan orang yang lebih pantas engkau cintai selain aku. Aku memang tak pantas untuk kau cintai. Aku terlalu buruk untukmu. Bahkan aku tak memiliki wajah secantik orang lain, kulit seindah wanita lain, rambut se bagus gadis lain. Aku juga tak memiliki paras yang sempurna untukmu. Sungguh aku tak pantas!
Harimu, hariku kini sudah berbeda. Hidup kita tak lagi sama karena kita tak lagi bersama. Tapi inilah aku, tak berdaya tanpa dirimu. Aku sudah bersusah payah untuk melupakanmu. Tapi apa daya jika semakin aku melupakanmu, semakin kenangan kita melekat pada otakku.
Mungkin saat ini aku hanya butuh waktu untuk sendiri, tak mau ada yang mengganggu hidupku. Jauhi aku dari cintamu! Aku tak berani lagi jatuh cinta pada orang lain. Ini semua karena mu.
Tapi tak apa-apa. Aku sudah mulai menikmati hidup seperti ini. Tanpa seirang kekasihpun aku berhak untuk bahagia. Walaupun itu harus bersama keluarga, teman dan siapapun itu.
Jujur, masih begitu sulit bagiku untuk melupakanmu. Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa kamu telah pergi dari hidupku. Maafkan aku. Aku tak seharusnya begini. Tapi inilah kelemahanku, aku memang tak mudah mencintai dan melupakan. Tak bisa disengaja dan hatiku tidak bisa memilih kepada siapa aku harus jatuh cinta. Semuanya terjadi begitu saja tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Aku tidak melihat fisikmu. Aku jatuh cinta padamu karena itulah kamu. Aku tak punya alasan yang tepat mengapa aku jatuh cinta kepadamu dulu dan itu juga yang terjadi saat kau pergi. Aku tak punya alasan mengapa aku harus melupakanmu sedangkan hati dan pikiranku terus tertuju padamu? Aku bagaikan orang bodoh yang tak bisa menggunakan nalar dan radar ku untuk menjalani cinta bersamamu bahkan ketika kau pergi sekalipun.
Tapi inilah aku, apa adanya aku yang masih memiliki perasaan cinta yang sama seperti dulu untukmu. Maafkan aku.