Terkadang kita perlu merubah segala keresahan menjadi suatu dinamika tulisan yang mengungkap perasaan itu sendiri.

Sabtu, 19 April 2014

Salahkah Jika Cinta Timbul Bukan Melalui Sebuah Pertemuan Nyata?

Tidak ada komentar
Senyummu. Dibalik foto itu.
Celotehanmu.

Hatiku selalu berdebar tiap aku menerima mention darimu. Kamu pengisi ruang-ruang hatiku yang hampa. Kamu mengisi dan memenuhinya dengan suatu kesan sederhana yang disebut kebahagiaan. Lebih tepatnya, kebahagiaan sejak mengenalmu.

Dari awal aku mengenalmu, aku merasa ada yang salah. Aku juga tak tahu apa hal itu. Berawal dari sebuah percakapan sederhana yang mungkin tak ada pentingnya sama sekali bagi semua orang. Dan aku di sini, tersenyum. Entah mengapa aku selalu merasakan dentuman kecil dalam hatiku tiap menatap wajahmu dari belakang layar. Di balik foto itu terdapat senyummu yang selalu mengalihkan duniaku.

Bahagia bagiku bukanlah sesuatu yang rumit. Bahagia bukan tentang bagaimana orang memandangmu, namun bahagia itu tentang bagaimana hatimu senang walaupun melalui hal-hal sederhana. Sesederhana melihat namamu muncul di timeline; apalagi di tab mention ku.
Mungkin aku tertarik padamu. Tapi entahlah. Aku masih ragu akan perasaanku ini. Perasaan yang mulai muncul sejak pada malam itu. Percakapan sederhana. Indah sekali.

Karena sesuatu yang indah bukanlah seperti apa yang kita lihat, namun ini mengenai apa yang kita rasakan. Aku merasa tenang saat aku terdiam di hadapan komputerku, menatap indahnya sinar matamu dibalik hamparan dimensi maya. Mencari tahu semua tentang dirimu melalui ketukan-ketukan kecil oleh jemariku. Aku akan mencoba agar aku mengenalmu jauh lebih dalam. Semampuku. Meski pada kenyataannya, kita tak pernah saling bertemu.

Terkadang aku lelah. Aku lelah untuk mengagumi mu dalam semu. Aku ingin sekali berjumpa denganmu. Secara nyata tentunya. Agar perasaan ini tak hanya tinggal di sini. Agar perasaan ini terungkap melalui tatapan mataku kepadamu. Agar perasaan ini mengalir begitu saja tanpa harus aku tutupi lagi.
Perasaan macam apa?
Cinta?
Haha benarkah?
Bagaimana mungkin seseorang yang hanya bertemu dan saling sapa melalui suatu jaringan semu yang disebut internet dapat jatuh cinta dengan kawannya yang ada dalam dunia semu tersebut?
Bagaimana mungkin sebuah benda dua dimensi yang disebut foto itu dapat menjadi salah satu alasan bagaimana cinta itu dapat muncul?
Bagaimana mungkin setiap karakter dalam sajak tweet seseorang dapat membuat jatuh cinta?
Entahlah.

Mungkin karena aku tipe orang plegmatik yang jarang bersosialisasi melalui sebuah pertemuan. Yang hanya terdiam dalam kamar mengurusi blog ku yang usang dan mengenal seseorang melalui berbagai macam sosial media.
Oleh sebab itu, mungkin, aku jatuh cinta padamu.

Aku ingin menyentuhmu. Aku ingin dengar suaramu. Aku ingin tahu bagaimana sifatmu dalam realita. Aku ingin berjalan di sampingmu dan tertawa bersama-sama dengamu. Aku ingin menghabiskan hariku bersama denganmu. Tidak hanya melalui sebuah percakapan sederhana dibalik dimensi maya, namun juga dalam harimu dan hariku yang sesungguhnya.

Jiwaku beterbangan mencungkil kekhawatiran sesaat. Seakan memanah waktu yang bertengger bersama lumatan dunia kiri dimensi setapak. Haruskah cinta itu timbul dari tatapan mata secara nyata?
Tapi aku percaya, cinta datang melalui berbagai cara yang unik dan tak biasa. Semuanya terjadi begitu saja secara luar biasa.

Salahkah aku yang hanya menggunakan imajinasiku untuk mengagumimu?
Aku ingin dapat menggenggam cinta darimu yang aku peroleh melalui layar kaca bercahaya yang mempertemukan aku dan kamu.
Mungkinkah?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar